Salah satu kelemahan dari program menanam pohon yang dicanangkan oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah, perusahaan, dan lembaga-lembaga lain yang melaksanakannya, adalah lemahnya pendataan yang dilakukan terhadap keberadaan pohon-pohon yang ditanam itu.
Inilah yang mendasari digagasnya sebuah aksi melalui pendekatan teknologi informasi untuk mendata pohon-pohon yang ditanam melalui Gerakan Menabung Pohon. Kegiatan ini bermula dari inisisasi sebuah Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh Pertamina Foundation melalui Gerakan Sobat Bumi.
Twitgreen melakukan pendataan pohon-pohon yang ditanam melalui Gerakan Menabung Pohon dengan teknik geotagging. Dengan melakukan pemotretan pada tiap-tiap pohon, para relawan twitgreen kemudian memasukkannya ke dalam database sehingga jumlah dan letak pohon-pohon tersebut dapat diakses dan dilacak melalui internet.
Aksi Gerakan Menabung Pohon ini sudah dilaksanakan oleh Gerakan Sobat Bumi sejak tahun 2011. Langkah yang dilakukan adalah dengan mengajak kepada masyarakat dengan pendekatan ekonomi. Pohon-pohon yang ditanam adalah pohon-pohon produktif yang kelak hasilnya juga dapat dinikmati oleh masyarakat.
Hal ini mendapat sambutan yang baik dari masyarakat sehingga sampai saat ini jumlah pohon yang ditanam sudah melampaui target. Terdapat 236 juta pohon yang telah ditanam sementara target yang ditetapkan adalah 100 juta pohon.
Deddy Mizwar mengatakan, permasalahan menanam pohon bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga budaya, ekonomi, serta gaya hidup. “Hal ini harus disebarkan secara luas, tentang bagaimana membangun kesadaran melestarikan lingkungan. Menanam pohon bukan sekadar menanam pohon, tetapi bagaimana mengubah mindset masyarakat seluas-luasnya (akan) kesadaran tentang bagaimana melestarikan, menjaga pohon sebagai sebuah siklus kehidupan.”
Bersumber dari twitgreen.com, aksi utama Gerakan Sobat Bumi adalah menabung pohon (saving trees) yaitu aksi ecopreneurship/kewirausahaan menanam dan memelihara pohon berkelanjutan dengan pengambilan manfaat ekonomi (withdraw) demi untuk keberlanjutan (sustain) dan mengembangkan (growth) manfaat sosial-lingkungannya. Dalam 1 siklus/putaran aksi menabung pohon terdapat 12 tahapan yaitu 0-Draft, 1-Offering, 2-Plan, 3-Ready to Plant, 4-Planting, 5-Planted, 6-Verified, 7-Saving Tress, 8-Growing, 9-Production, 10-Sustained, dan 11-Growth. Setiap tahapan aksi menghasilkan manfaat Social (tahap 0-6 : maksimal 1 tahun), Lingkungan (tahap 7-8 : minimal 5 tahun) dan untuk lanjut dan berkembang diperlukan manfaat ekonomi (tahap 9-11 : maksimal 1 tahun). Ditargetkan setiap 1 siklus/putaran (5-7 tahun) akan menghasilkan 1 LOT hijau dengan pewirausahaanya (petani) dan minimal berkembang 1 LOT baru untuk diputar selanjutnya.
Jabar Realisasikan Letter of Intent dengan Victoria
BANDUNG–Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar, menerima kunjungan kehormatan Delegasi Pemerintah Negara Bagian Victoria, Australia, yang diwakili oleh Komisioner Perdagangan Pemerintah Negara Bagian Victoria untuk Indonesia, Brett Stevens.
Kunjungan kehormatan tersebut adalah yang kedua kalinya sejak penandatanganan Letter of Intent (LoI) antara Jawa Barat dengan Pemerintah Negara Bagian Victoria pada 18 Juni 2013 lalu.
Kunjungan ini dilaksanakan dalam rangka tindak lanjut atas LoI tersebut. Keduanya akan merealisasikan LoI tersebut melalui program konkret yang dapat dilaksanakan oleh Negara Bagian Victoria dan Provinsi Jawa Barat. Hal ini disambut baik oleh Deddy Mizwar selaku Wakil Gubernur Jawa Barat.
Dalam kesempatan tersebut, Deddy Mizwar memaparkan berbagai potensi yang ada di Jawa Barat, mulai dari potensi agrikultur sebagai lumbung padi terbesar di Indonesia, potensi energy geothermal, infrastruktur, pariwisata, budaya, manufaktur, hingga berbagai kemajuan dalam bidang pertumbuhan ekonomi.
“Kita harapkan ada tindakan konret, karena sudah ada Letter of Intent dengan Victoria,” jelas Deddy.
Dari segi ekonomi, Victoria merupakan negara bagian yang maju. Brett Stevens menjelaskan, potensi ekonomi Victoria lebih besar dibandingkan dengan Singapura, Hongkong, dan New Zealand jika disatukan. Victoria merupakan negara penyuplai 10% daging sapi dan 50% menyumbang lahan untuk peternakan sapi di seluruh dunia. Victoria menghasilkan 11,5 triliun dollar Australia dari sektor Agrikultur dan 2,4 triliun diantaranya berasal dari produksi daging sapi.
Hal inilah yang menjadi ketertarikan Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, Ir. Dody Firman Nugraha, untuk melakukan kerjasama dalam bidang peternakan. Diakui Deddy, Jawa Barat memang kekurangan sapi. Sementara Jawa Barat memiliki lahan-lahan yang cocok untuk peternakan sapi, seperti Pangalengan dan Lembang.
Hal tersebut disambut baik oleh para delegasi dari Negara Bagian Victoria yang juga turut didampingi oleh Nico Kiroyan selaku Direktur Investasi, Belinda Rimbo selaku Direktur Pelayanan Pendidikan, Nico Panjaitan selaku Direktur Perdagangan, dan Nikki Utomo selaku Manajer Hubungan Pemerintahan.
Dalam pertemuan ini turut hadir pula Asisten Pemerintahan Hukum dan HAM Sekda Provinsi Jawa Barat, Kepala BKPPMD Provinsi Jawa Barat, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat, Kepala Dinas Pendidikan Povinsi Jawa Barat, Kepala Biro Otonomi daerah dan Kerjasama Setda Provinsi Jawa Barat, dan Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Barat.
Pada tahun 2013, pemerintah, termasuk Jawa Barat, telah menyepakati kerjasama dalam bidang pendidikan, peternakan, dan budaya dengan melibatkan lebih dari 300 perusahaan dan 450 delegasi dari Negara Bagian Victoria melalui kegiatan The South East Asia Super Trade Mission (STM) dipimpin langsung oleh Premier Victoria yang baru, Dr Denis Napthine.
Fokus STM diutamakan untuk membuka peluang dalam sektor otomotif, penerbangan, pendidikan tinggi dan pelatihan pendidikan kejuruan, pangan dan agribisnis, kesehatan dan lansia, komunikasi informasi dan teknologi, pariwisata, urbanisasi dan infrastruktur serta manajemen dana dan kekayaan. Jawa Barat lebih memfokuskan pada tiga hal, yakni pendidikan, peternakan, dan kebudayaan. (Sumber. www.twitgreen.com)