SUMEDANG, (PRLM).- Camat Jatinangor, Asep Aan Dahlan akan berupaya mengarahkan dana CSR (Corporate Social Responsibility) perusahaan industri besar dan pengusaha swasta di Jatinangor, untuk membangun sarana lingkungan di pemukiman penduduk.
Pasalnya, tak sedikit perkampungan padat penduduk di Jatinangor yang minim sarana. Seperti halnya, jalan lingkungan, selokan dan MCK (mandi, cuci, kakus). Bahkan masih ada beberapa rumah tak layak huni.
“Pembangunan sarana di lingkungan penduduk ini, kami kemas dalam program bedah RT (Rukun Tetangga). Proposalnya sedang saya buat. Untuk pembiayaannya, salah satunya kami arahkan dari dana CSR perusahaan industri, termasuk pihak ketiga (swasta),” kata Asep Aan Dahlan, di Jatinangor.
Menurut dia, program bedah RT itu sengaja dibuat, karena masih banyak perkampungan di Jatinangor yang belum memiliki jalan lingkungan, selokan dan MCK. Kalau pun ada, kondisinya sudah rusak sehingga perlu diperbaiki.
Hal itu, seperti di beberapa kampung di Desa Cilayung dan Cipacing. “Apalagi pembuatan selokan sangat penting, karena Jatinangor sering terkena banjir,” ucapnya.
Biaya pembangunan dan perbaikan sarana lingkungan di perkampungan, lanjut dia, dinilai cocok diarahkan dari dana CSR industri besar dan swasta di Jatinangor. Sebab tak dipungkiri, dana CSR dari pabrik industri yang digunakan untuk membangun sarana lingkungan di pemukiman padat penduduk dinilai masih minim.
Padahal, pesatnya pembangunan perkotaan di Jatinangor, salah satunya imbas banyaknya industri. Banyaknya industri, harus berbanding lurus dengan kelestarian lingkungan dan kesejahteraan penduduknya.
Jika tidak, justru pesatnya pembangunan di Jatinangor akan menyebabkan kekumuhuhan dan kesemrawutan di lingkungan penduduk, termasuk di wilayah perkotaan.
“Kalau persentase dana CSR dari industri untuk kelestarian lingkungan di pemukiman penduduk, saya kurang tahu pasti. Namun, diperkirakan masih di bawah 50 persen. Memang idealnya, dana CSR industri dan swasta, 90 persen diarahkan untuk membangun sarana lingkungan di pemukiman penduduk berikut kesejahteraannya,” ujar Asep Aan.
Dikatakan, meski kontribusi dana CSR industri dan swasta untuk sarana di lingkungan penduduk masih minim, ada beberapa perusahaan yang peduli terhadap lingkungan warga sekitar. Contohnya, pabrik tekstil PT Polifyn. Perusahaan itu sangat peduli terhadap kebutuhan warga sekitar, termasuk membangun sarananya.
“Tak heran, kalau situasi di sekitar Polifyn kondusif. Ini patut dicontoh oleh perusahaan industri besar lainnya. Dengan begitu, pesatnya pembangunan di Jatinangor termasuk di kawasan industri, tetap terjaga dan terpelihara kelestarian lingkungan di pemukiman padat penduduk. Makanya, program bedah RT ini, sebagian besar pembiayaannya akan difokuskan dari dana CSR perusahaan industri dan swasta. Kalau dari APBD, sangat terbatas,” (Sumber. http://www.pikiran-rakyat.com)